Walaupun sudah tayang dari tanggal 23 Maret 2012 lalu, tapi film The Raid : Redemption sepertinya
masih menjadi topik menarik untuk di riview. Kebetulan Saya juga baru
nonton jadi baru bisa riview sekarang, karena rasanya koq ga seru klo
riview film tapi kita nya sendiri ga nonton. Sebenarnya Saya sendiri ga
begitu suka dengan film action, apalagi dari cerita riview orang-orang
yang Saya baca, The Raid : Redemption ini film yang berdarah-darah,
haduuh..ngebayanginnya aja udah ngeri. Dan karena itulah Saya sempat
bilang sama teman Saya klo Saya ga ikutan nonton deh, cukup denger
ceritanya aja.
The Raid : Redemption
atau Serbuan Maut -red.original title- yang sudah masuk dalam 20 besar
box office Amerika ini banyak mendapatkan pujian dari berbagai kalangan
baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Bahkan saat ini menurut info
yang Saya baca -red.detiknews.com- The Raid : Redemption sudah menduduki
posisi 11 box office Amerika, waw!. Dan ga menutup kemungkinan film
karya Evan Gareths ini masuk ke 10 besar box office.
Film
action terbaik ini sukses membuat Saya menutup mata saat adegan
berdarah-darah. Dan celakanya dari awal sampai akhir film ini terus
menerus menegangkan, darah muncrat di setiap action nya, pokoknya di
film ini hanya ada dua kata yaitu dibunuh dan membunuh. Untungnya ada
beberapa dialog dari gembong narkoba Tama (Ray Sahetapy) yang membuat
penonton bisa tertawa sekian detik dan selanjutnya siap-siap buat
tercengang lagi.
Film
The Raid : Redemption menceritakan tentang penyergapan gembong narkoba
di sebuah apartemen kumuh yang dijadikan markas para buronan kelas
kakap. Penyergapan ini dilakukan oleh tim SWAT pimpinan Jaka (Joe
Taslim) yang bertekat untuk menangkap sang gembong, Tama. Namun ternyata
untuk mampu menembus apartemen 30 lantai itu tidak semudah yang
dibayangkan karena tim SWAT yang berjumlah 20 orang harus menghadapi
anak buah Tama yang ganas dan sadis. Buat pecinta film action, film ini
memang bagus banget, adegan demi adegan mempertontonkan seni bela diri
yang apik dan keras. Tapi bagi Saya pribadi, film ini terlalu keras dan
untuk setiap adegan berantem yang durasinya ga sebentar membuat Saya ga
tahan untuk melototin setiap gerakan aktor nya karena pasti akhirnya
darahnya muncrat atau kepala nya ditembak atau lehernya dibacok, hiii.
Apalagi pas adegan Mad Dog (Yayan Ruhian) melawan Rama (Iko Uwais) dan
Andi (Doni Alamsyah), sumpah itu berasa lamaaa bangettttt, orang-orang
udah pada jejeritan ajah (termasuk saya) dan setelah berakhir
pertarungannya riuhan tepuk tangan penonton langsung menggema, Saya pun
jadi bisa membuka mata *loh! :D
Klo
dari segi cerita, menurut Saya biasa aja karena terlalu to the point,
ga ada alur bolak balik yang seharusnya bisa ngarahin penonton ke kisah
awalnya, sekali lagi ini menurut pendapat pribadi Saya loh. Yang lebih
membuat film ini terkesan mengerikan adalah lokasi syuting yang hanya di
satu tempat yaitu di apartemen berdarah itu saja, ga ada tempat lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar