Pengertian
e-Business atau definisi e-busines adalah kegiatan bisnis yang
dilakukan secara otomatis dan semiotomatis dilakukan dengan menggunakan
teknologi elektronik. E-business memungkinkan suatu perusahaan untuk
berhubungan dengan sistem pemrosesan data internal dan eksternal secara lebih
efisien dan fleksibel. E-business juga banyak dipakai untuk berhubungan dengan
suplier dan mitra bisnis perusahaan, serta memenuhi permintaan dan melayani
kepuasan pelanggan secara lebih baik.
Penggunaan sehari-hari, e-business tidak hanya menyangkut
perdagangan elektronik atau e-commerce saja. Dalam hal ini, e-commerce lebih
merupakan sub bagian dari e-business, sementara e-business meliputi segala
macam fungsi dan kegiatan bisnis menggunakan data elektronik, termasuk
pemasaran Internet. Sebagai bagian dari e-business, e-commerce lebih berfokus
pada kegiatan transaksi bisnis lewat www atau Internet. Dengan menggunakan
sistem manajemen pengetahuan, e-commerce mempunyai goal untuk menambah revenu
dari perusahaan.
E-business berkaitan secara menyeluruh dengan proses bisnis
termasuk value chain: pembelian secara elektronik (electronic purchasing),
manajemen rantai suplai (supply chain management), pemrosesan order elektronik,
penanganan dan pelayanan kepada pelanggan, dan kerja sama dengan mitra bisnis.
E-business memberi kemungkinan untuk pertukaran data di antara satu perusahaan
dengan perusahaan lain, baik lewat web, Internet, intranet, extranet atau
kombinasi di antaranya.
Peran Bisnis Proses dalam Meningkatkan Kinerja Sebuah Organisasi
Berapa besar
peran bisnis proses dalam meningkatkan kinerja sebuah organisasi? Apakah bisnis
proses diperlukan untuk menaikkan produktifitas organisasi atau bisnis proses
hanya slogan semata? Jawaban bisa bervariasi. Namun, penulis akan menyajikan
dampak bisnis proses terhadap kinerja yang berkaitan dengan kontrol internal
(internal control) dalam sebuah organisasi besar.
Pada bulan
October 2002, penulis menjadi bagian dari Business Excellence Group dari sebuah
perusahaan minyak besar. Pada saat itu, kebutuhan untuk membuat bisnis proses
belum begitu mendesak. Beberapa bisnis proses memang sudah dibuat dan telah
terdokumentasi dengan baik termasuk Drilling, Procurement, dan Gas Supply
Assurance. Namun, belum ada komitmen di kalangan para pimpinan dan manejer
untuk mendokumentasikan bisnis proses lain dan melaksanakannya.
Munculnya
Sarbanes Oxley Act atau sering dikenal dengan SOX Act, membuat bisnis proses
menjadi satu keharusan. Puluhan bisnis proses
pun dibuat agar perusahaan tidak mendapat sanksi. Selama tiga tahun sejak tahun
2003, penulis terlibat aktif membuat bisnis proses dalam perusahaan tersebut.
Pada akhir tahun 2003, sebagian besar bisnis proses yang masuk kategori SOX
telah didokumentasikan. Pada tahun 2004, beberapa bisnis proses yang belum
terdokumentasi dibuat. Ada juga bisnis proses yang direvisi. Tahun 2005 bisnis
proses yang masuk kategori SOX 404 sudah didokumentasikan dengan baik.
Apa hasilnya?
Peran bisnis proses memang terbukti dalam hal peningkatan kinerja. Ketika perusahaan diaudit pada tahun 2004, tiga (3) area mendapat
nilai merah (‘need improvement’) seperti Operation Process, Financial Report
& General Ledger, dan Account Reconciliation. Delapan (8) area mendapat
nilai biru (‘reliable’) dan tidak ada yang mendapat nilai hijau (‘effective and
efficient’). Pada tahun 2005, hanya ada satu (1) area yang mendapat nilai
merah; tujuh (7) area mendapat nilai biru dan empat (4) area mendapat nilai
hijau. Pada tahun 2006, hasilnya semakin baik. Tidak ada area yang mendapat
nilai merah; lima (5) area mendapat nilai biru; dan tujuh (7) area mendapat
nilai hijau.
Hasil penilaian
di atas merupakan hasil SOX audit yang dilakukan setiap tahun dan baru
merepresentasikan sebagian dari keseluruhan kinerja perusahaan. Masih banyak
hal yang perlu diperhatikan kalau mau melihat kinerja keseluruhan dari sebuah
organisasi. Mengacu pada apa yang disebut dengan ‘total quality management,’ ada
sembilan unsur yang perlu diperhatikan: kepemimpinan, manajemen sumber daya
manusia, kebijakan dan sasaran organisasi, dana, bisnis proses, kepuasan
karyawan, kepuasan pelanggan, dampak terhadap masyarakat, dan hasil bisnis.
Dari sembilan unsur tersebut, tiga unsur memberikan kontribusi yang tinggi
terhadap kinerja total sebuah organisasi: kepuasan pelanggan memberi kontribusi
20 %; hasil bisnis, 15 %; bisnis proses, 14%. Cukup jelas bahwa peran bisnis
proses dalam sebuah organisasi signifikan dalam meningkatkan kinerja organisasi
secara menyeluruh.
Banyak
perusahaan yang maju seperti Toyota memberi perhatian besar terhadap bisnis
proses dalam meningkatkan kinerja organisasi. Dan organisasi yang memiliki
bisnis proses yang baik kemungkinan besar akan mencapai hasil yang lebih
memuaskan dibandingkan dengan organisasi yang tidak menghiraukan bisnis proses
atau yang memiliki bisnis proses, tapi hanya sebatas dokumentasi.
Tentu
tantangan utama berkaitan dengan bisnis proses adalah dalam hal kebijakan.
Banyak resistansi untuk membuat bisnis proses menjadi satu kebijakan
organisasi. Resistansi yang lebih besar adalah
melaksanakan dan mengikuti bisnis proses sebagai acuan kerja dan merevisi
bisnis proses baik oleh karena perubahan kebijakan atau karena kinerja
organisasi perlu ditingkatkan.
Pelatihan-pelatihan
untuk membuat bisnis proses penting dihadiri untuk mendapatkan gambaran tentang
apa peran bisnis proses dalam organisasi, bagaimana membuat dan mengatur agar
bisnis proses memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan kinerja
organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar